About me

Foto saya
Bandung, Jawa Barat, Indonesia
Instagram: @dewikusumapratiwi Facebook: https://www.facebook.com/dewi.kusumapratiwi

Senin, 07 April 2014

Dua Hati dari Gede-Pangrango

Perjalanan Double Summit Gunung Gede dan Pangrango:
http://dewikusumapratiwi.blogspot.com/2014/04/catatan-pendakian-double-four-summit.html

Ada sesuatu yang berharga di alun-alun Surya Kancana, tempat yang seharusnya menjadi tempat bersejarah bagiku. Ada hati yang mau berkata di tempat indah itu. Namun sayangnya tertunda karena ia harus mengutamakan kepentingan bersama. Suatu tanggung jawab untuk membawa mereka semua selamat sampai di bawah lagi. Suara hati yang selama dua bulan sebelum itu, aku harapkan dalam setiap do’a-do’aku. Entahlah, inilah yang namanya Rahasia Tuhan. Surprise istimewa dari Tuhan yang datang jauh lebih cepat dari yang pernah aku harapakan. Yang hadir dengan cara yang lebih baik dari yang aku inginkan. Sebuah hati yang jauh lebih baik dari yang pernah aku impikan.
Bagi hati tersebut, perjalanan Salabintana adalah perjalanan yang paling mengesankan. Saat itu kami terpisah. Ada perasaan khawatir yang mendalam dalam perpisahan itu, ada harapan yang besar untuk menyusul dengan selamat, ada ungkapan serius yang ingin segera diucapkan. Salabintana adalah sebuah medan perjuangan cinta, di mana alun-alun Surya Kancana adalah hadiahnya.
Hati tersebut berkata, “ibarat perjalanan Salabintana, aku ingin kamu menungguku di Surya Kancana. Biarkan aku berjuang di Salabintana, berlelah-lelah dan berdarah-darah untuk menjemputmu. Aku ingin kamu menungguku di tempat yang tenang dan jauh dari bahaya”. Dan aku menjawab, “aku bukan type orang yang bisa menunggu sesuatu di tempat yang tenang, sedangkan saat itu aku tahu yang aku tunggu sedang berjuang sendirian di tempat yang berbahaya. Aku bukanlah seseorang yang hanya ingin berdiam diri menunggu seseorang di puncak gunung, melainkan aku ingin menemani seseorang itu mendaki gunung dengan jerih payahnya, hingga kita sampai di puncak dan menikmati keindahan alamnya bersama”.
Ya, menurutku, sesuatu yang diperjuangkan bersama akan terasa lebih nikmat hasilnya, meski penuh dengan lika-liku dan kepahitan prosesnya. Menurutku, sesuatu yang kita dapatkan terlalu mudah akan mudah pula hilang nikmatnya. Dan menurutku, akan ada banyak pelajaran berharga dalam hidup ini ketika sesuatu dijalani penuh dengan perjuangan. “Aku ingin menemaninya melewati medan hutan berbahaya itu, Salabintana, hingga kita sampai di tempat yang tenang dan indah bersama, Surya Kancana”; “aku ingin menemaninya memperjuangkan cita-citanya hingga cita-cita kita raih bersama”, “aku ingin menemaninya memperjuangkan visi-misi hidupnya hingga ridha Allaah kita capai bersama, hingga kita sama-sama menginjakkan kaki di tanah syurga-Nya”. Insyaa Allaah.

Tentang Dua Hati itu
Tingkat dua kuliah di kampus Ganesha, aku telah mengenalnya. Hanya sebatas teman kerja secara profesional. Memang dia cukup menginspirasi dua hal, kepemimpinan dan ketulusannya. Namun, ada puluhan teman yang mampu menginspirasiku. Nothing special about him in my heart dan aku memang tidak pernah akrab dengannya selama itu.
Agustus 2013, di summit attack ke-dua ku, aku mulai mengenalnya. Mengenal dia yang pernah ku kenal. Dua summit, dua malam, dan dua sunrise cukup membuatku merasakan hal yang belum pernah ku rasakan sebelumnya terhadapnya. Aku tidak pernah berani mengungkapkan kepadanya, tidak pernah berani. Aku juga tidak punya kepercayaan diri bahwa apa yang aku inginkan itu pantas aku raih, namun aku berani memasukkan namanya dalam setiap do’aku.
Dua bulan lamanya, aku tidak mendapatkan kode sama sekali darinya. Hingga Oktober 2013, setelah melewati dua summit berikutnya (Gede-Pangrango), ia menghadiriku di depan dua orang saksi. Dia menyatakan rasa yang serius. Maha suci Allah yang telah menjawab do’aku selama dua bulan itu. Ia hadir di saat yang jauh lebih cepat dari yang pernah aku harapkan. Ia hadir dengan cara yang lebih baik dari yang aku inginkan. Dan ternyata ia adalah seseorang yang jauh lebih baik dari yang pernah aku impikan. Dialah anugerah terindah dari-Nya yang menyempurnakan kekuranganku dengan segala kelebihannya.
Ternyata, sejak dua bulan sebelum itu, ia juga mulai merasakan hal yang sama dengan yang aku rasakan. Ternyata, apa yang aku rasakan dan apa yang ia rasakan tidak pernah bertepuk sebelah tangan. Namun ia tidak pernah bermain api yang dapat mencelakakannya maupun mencelakanku. Dua bulan itu ia gunakan untuk mengenalku melalui orang-orang terdekatku tanpa aku tahu. Bahkan ia ke rumah orang tuaku tanpa sepengetahuanku. Dua bulan itu juga ia gunakan untuk istikharah untuk memantabkan hatinya bahwa aku memanglah pilihan pertama dan terakhirnya. Ia menyatakan perasaannya setelah mengetahui sekian banyak kekuranganku dan setelah memantabkan hatinya. Bahkan saat itu ia berkata, ia tidak perlu mengenalku lagi.
Dua bulan setelah ungkapan itu, ia berencana untuk menyegerakan hal yang memang harus disegerakan. Desember 2013 ia datang ke rumah untuk bertemu denganku dan orang tuaku. Ia meminta izin untuk menyegerakan menyempurnakan separuh agama denganku. Namun, ternyata perjalanan hidup tidak semulus jalan tol. Perjalanan hidup ini memang seperti Salabintana, banyak binatang berbahaya, banyak ancaman, banyak kondisi yang membuat kita harus selalu berhati-hati. Namun, kami tidak pernah menyerah. Proses untuk menyegerakan tetap kami lalui meski dengan lika-liku.
Hingga dua bulan setelahnya, pekan terakhir Februari 2014, rintangan-rintangan itu berhasil kami lalui. Dua bulan yang terasa panjang, dua bulan yang berat dan penuh perjuangan, serta dua bulan yang akan terus menjadi sejarah dan pelajaran berharga bagi kami. Alhamdulillaah, cita-cita kami tercapai. 22 Februari 2014, keluarga besarnya mendatangi keluargaku untuk menyampaikan khitbah secara resmi. Dengan proses selama dua minggu, insyaa Allaah kami telah menyempurnakan separuh agama kami pada tanggal 9 Maret 2014. Dua hati yang telah menyatu, semoga sekali untuk selamanya. Menjadi harapan besar, dua hati yang saling mencintai karena-Nya dan saling menguatkan untuk selalu istiqomah berjuang di jalan-Nya, hingga kami bersama menginjakkan kaki di syurga-Nya. Aamiin.
Meski kami tahu, kami telah membuat kecewa banyak orang karena kami tidak langsung menyi’arkannya. Bukan karena sensasi, namun ada hal lain. Tentang kondisi di sekitar kami, tentang syarat-syarat yang diajukan kepada kami, hingga kami harus menyelesaikan studi kami terlebih dahulu. Mohon maaf kepada seluruh teman dekat kami yang pernah merasa kami kecewakan. Semoga kalian mengerti. Jazakumullaahu ahsanul jazaa’ untuk nasehat, do’a serta dukungannya selama ini, juga yang telah hadir untuk menyaksikan akad serta janji suci kami meski dengan pemberitahuan yang sangat mendadak (H minus dua). J

Telah Menikah:
Achmad Arbi
(SMPN 75 Jakarta aka 2006, SMAN 78 Jakarta aka 2009, Elektro Power ITB aka 2009)
dengan
Dewi Kusuma Pratiwi
(SMPN 1 Bdn, Boyolali aka 2006, SMAN 65 Jakarta aka 2009, Fisika ITB aka 2009)
Pada tanggal 9 Maret 2014, pukul 09.30-10.30 WIB
Di Masjid Jami’ Al-Anshar, Jl. Budhi Swadaya I Rt. 002 / Rw. 004 Kebon Jeruk, Jakarta Barat
Akad nikah
Pasca akad nikah
Yang turut menyaksikan akad nikah kami:
Keluarga besar (foto belum lengkap)
Keluarga "BIUS 2009"
Sahabat "Gang IV"
Sahabat "Geng Gong"
Sahabat "Tazzam"
Komunitas "Tamasya Ganesha"
Komunitas "Bujang Gaul"
Komunitas "Bidadari-Bidadari Syurga"
HME ITB
Himafi ITB
Gamais ITB
MILIS ITB
BRT OSKM 2012
Aktivis Kampus
Alumni SMAN 78 Jakarta
Alumni SMAN 65 Jakarta
Beasiswa ITB Untuk Semua

2 komentar:

  1. Selamat ya dewi. Semoga menjadi keluarga yang samara, awet sampai ajal menjemput, punya banyak anak yang soleh dan soleha. Aamiin.

    BalasHapus
  2. :')
    barakallah wie barakallah :")))

    BalasHapus